“Belum pernah terjadi sebelumnya. Bahkan pada tahun 2020, karena Covid-2019, jumlah pernikahan hanya menurun sebesar 12,2%,” kata Yi Fuxian.
Jakarta-Jumlah pernikahan di China anjlok tahun 2024 lalu dan menjadi penurunan terbesar yang pernah tercatat. Fenomena ini tetap terjadi meskipun ada berbagai upaya oleh pemerintah untuk mendorong kenaikan angka pernikahan dan kelahiran anak.
Menurut data dari Kementerian Urusan Sipil China, lebih dari 6,1 juta pasangan mendaftarkan diri untuk menikah tahun lalu, turun dari 7,68 juta pada tahun sebelumnya. Data tersebut juga menunjukkan bahwa lebih dari 2,6 juta pasangan mengajukan gugatan cerai tahun lalu, naik 1,1% dari tahun 2023.
“Belum pernah terjadi sebelumnya. Bahkan pada tahun 2020, karena Covid-2019, jumlah pernikahan hanya menurun sebesar 12,2%,” kata Yi Fuxian, seorang demografer di Universitas Wisconsin-Madison, seperti dilansir CNBCIndonesia.com dikutip dari Reuters pada Senin (10/02/2025).
Ia mencatat bahwa jumlah pernikahan di China tahun lalu kurang dari setengah dari 13,47 juta pada tahun 2013.
“Jika tren ini berlanjut, ambisi politik dan ekonomi pemerintah China akan hancur oleh kelemahan demografinya,” tambahnya.
Menurunnya minat untuk menikah dan memulai keluarga telah lama disalahkan pada tingginya biaya pengasuhan anak dan pendidikan di China. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang tersendat selama beberapa tahun terakhir telah mempersulit lulusan universitas untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang memiliki pekerjaan merasa tidak aman tentang prospek jangka panjang.
Bagi otoritas China, meningkatkan minat pada pernikahan dan kelahiran bayi merupakan masalah yang mendesak. Beijing sendiri memiliki populasi terbesar kedua di dunia dengan 1,4 miliar, dengan opulasi yang menua dengan cepat.
Angka kelahiran turun selama beberapa dekade karena kebijakan satu anak China tahun 1980-2015 dan urbanisasi yang cepat. Dan dalam dekade mendatang, sekitar 300 juta warga China, setara dengan hampir seluruh populasi AS, diperkirakan akan memasuki masa pensiun.
Langkah-langkah yang diambil tahun lalu oleh otoritas untuk mengatasi masalah tersebut termasuk mendesak perguruan tinggi dan universitas China untuk menyediakan “pendidikan cinta” untuk menekankan pandangan positif tentang pernikahan, cinta, kesuburan, dan keluarga.
Pada November, dewan negara atau kabinet China juga meminta pemerintah daerah untuk mengarahkan sumber daya guna memperbaiki krisis populasi dan menyebarkan rasa hormat terhadap kelahiran anak dan pernikahan “pada usia yang tepat.” []